"Tidak ingin dicaci tapi mencaci. Tidak ingin disakiti tapi menyakiti." -@nuramanah
Sejak kita masih menjadi sebuah sperma, kita sudah bersaing dengan sperma-sperma lainnya untuk masuk ke dalam ovarium seorang ibu. Kita yang sekarang sudah menjadi seorang manusia adalah pemenang dari persaingan awal. Kenapa kita berada seperti saat ini adalah karena kita bagian dari yang terpilih. Dan seharusnya pun kita bisa meyakini kemenangan kita ketika sedang melakukan apapun.
Agak aneh ketika ada orang yang tidak menyukai kita hanya karena kita lebih unggul daripada dia. Pada dasarnya manusia itu sama, porsi dalam otaknya, porsi dalam kekuatan tubuhnya dan porsi apapun yang ada dalam tubuh kita adalah sama dengan orang lain pada umumnya. Lalu apa yang membedakan, sehingga ada orang yang hebat dan ada orang yang terbelakang. Hal ini hanya perkara seberapa besar ia memanfaatkan segala porsi yang ada hingga maksimal.
Ilmu tidak untuk disimpan, pun tidak untuk dijadikan alat bersaing. Bersaing dengan sehat dan tidak menggunakan otot akan dirasa sangat menyenangkan. Tidak perlu takut dengan kegagalan, karena dari situ lah kita bisa mempelajari segalanya dengan lebih. Saya pun pernah gagal, tapi saya terus memperbaiki diri agar kegagalan itu bisa tergantikan dengan suatu prestasi.
Kemampuan berlisan pun tentu perlu dilatih. Ada seseorang yang mampu berlisan dengan baik tanpa menyakiti. Ada pula yang berlisan tanpa henti dan tidak tahu yang mana yang harus disuarakan dan mana yang tidak. Berlisan perlu menggunakan pemikiran agar yang disuarakan terdengar tidak menyakitkan. Dengan berlisan terkadang mampu menjatuhkan para pesaing-pesaing kita. Pada intinya adalah berlisanlah dengan sebaik-baiknya.
Ketika kita ingin dihormati, maka hormatilah orang lain. Ketika kita tidak ingin disakiti, maka jangan coba-coba menyakiti orang lain. Ketika kita tidak ingin dibicarakan oleh orang lain, maka diamlah dan berbicara seperlunya. Jangan menganggap orang lain selalu buruk, pun jangan selalu berprasangka buruk dengan orang lain. Karena kamu tidak tahu sesungguhnya mereka.
"Menyesuaikan sambil mempelajari prosesnya. Bukan menyesuaikan dengan melihat hasil akhir dr prosesnya. :)" -@nuramanah
Di dunia ini tidak ada pemenang yang instan. Semuanya butuh proses. Pun ketika kita menjadi pemimpin, maka jadilah pemimpin yang baik yang bisa dipertanggungjawabkan. Pemimpin itu berbeda dengan bos. Pemimpin tidak menyuruh tanpa melihat proses. Pemimpin tidak hanya melihat hasil akhir dari peroses. Tapi seorang pemimpin yang baik adalah seseorang yang tahu proses dari awal hingga akhir dan menjadikan suatu hasil akhir yang baik yang kemudian bisa dipertanggungjawabkan.
Dalam kehidupan terkadang kita melupakan proses. Tanpa proses membuat orang menjadi malas. Suatu hal yang diraih dengan instan, akan hancur secara instan. Berbeda hal ketika kita melakukan sesuatu dengan proses, tentu kita bisa mempertahankannya, dengan proses itu lah kita sudah memikirkan jalan keluar dari resiko yang mungkin muncul dari proses tersebut. Seorang yang terbiasa instan akan menyepelekan segala hal, dan ia akan terlihat sok tahu padahal tidak tahu apa-apa. Tidak sedikit saya temukan, dan saya pun tidak tahu saya termasuk orang yang bagaimana. heee...
"Tegaslah terhadap dirimu sendiri jika memang itu yang dibutuhkan saat ini. :)" -@nuramanah
Tuhan menciptakan apapun pasti sudah ada paketannya. Contohnya saja ketika Tuhan menciptakan suatu masalah, pun satu paket dengan solusinya. Apapun itu jika difikirkan secara positif tidak akan menjadi beban dalam diri kita. Semuanya harus dilakukan perlahan-lahan, perlu pemikiran yang jernih, perlu hati yang tenang. Semuanya tidak serta merta selalu baik, dengan begitu perlahan-lahan solusi akan muncul menghampiri.
Beragam sifat dan beragam sikap dari setiap orang. Ketika kita menginginkan suatu kebaikan dari orang lain, tentu kebaikan terhadap orang lain pun kita berikan. Jangan menghakimi ketika tidak ingin dihakimi. Jangan merendah jika memang kamu tidak patut untuk direndahkan. Terkadang ada beberapa sikap dari orang lain yang tidak bisa kita terima. Kalau memang sudah tidak pantas maka sampaikan lah. Jangan kalah dengan keadaan, siapapun mereka adalah sama dengan kita. Namun, perlu penyampaian yang hati-hati agar pesan yang ingin kita sampaikan bisa tersampaikan.
Jangan biarkan seseorang bersikap semaunya terhadap kamu. Dalam diri kamu memiliki hak untuk menang, tentu menang dalam hal apapun secara sehat. Pun dengan diri kita sendiri yang terkadang tidak mempu memutuskan suatu hal. Tegas dirasa perlu sehingga terlihat memiliki pendirian, tegas dalam porsinya dan tidak berlebihan yang terkesan seperti marah.
"Yang berani memulai yang menang." -@nuramanah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar