Minggu, 07 Juli 2013

Life Cycle

Jadi lah sebuah "Pensil" agar kita bisa menuliskan kisah bahagia. Dan jadi lah sebuah "Penghapus" agar kita bisa menghapus segala kesedihan. -@MerryRiana

Mulai dari seorang bayi yang terlahir tanpa dosa sedikit pun. Ketenangan, kebahagiaan dan pancaran seorang malaikat yang ditampakan ketika orang dewasa melihat bayi tersebut. Apapun yang dirasakan, hanya bisa direspon dengan tangisan. Dan kemudian orang dewasa bisa memeluknya agar bayi tersebut mendapatkan ketenangan. Tertawa yang sebetulnya tidak mengerti apa yang ditertawakan. Kedamaian yang terpancar, membuat semua orang ingin memeluk. Harapan yang muncul dari orang tua ketika bayi tumbuh besar kelak. 

Masa anak-anak, dimana mulai mengerti mana yang baik dan mana yang tidak. Sudah bisa dimarahi ketika salah. Tapi masih dapat diampuni ketika masih saja melakukan kesalahan. Banyak sekali pertanyaan yang muncul, dan terkadang orang dewasa pun bingung untuk menjawab pertanyaan si kecil. Terucap dari seorang anak kecil "Sepertinya enak jika menjadi orang dewasa, mereka bisa melakukan apapun sendiri, mereka bebas mau kemana pun. Jika aku sudah dewasa nanti aku mau seperti mereka, berpakaian rapi, pergi ke kantor yang gedungnya tinggi-tinggi, yang wanita cantik yang pria tampan. Aku ingin seperti mereka." Mereka yang tidak tahu apa-apa, bebas bertanya, tidak pernah disalahkan dan tidak pernah salah. Pelukan, pengertian dan kasih yang tulus bisa mereka dapatkan dimanapun.

Masa remaja yang merupakan masa transisi antara anak-anak dan dewasa. Mereka banyak mencoba banyak hal. Mencari jati diri, dan mulai banyak berangan-angan akan seperti apa mereka kelak. Pengaruh dari sana dan sini pun berdatangan. Tidak sedikit mereka mencoba hal-hal negatif. Ada juga yang mencari aman dari segala tantangan. Mereka yang tidak berani mencoba, terkadang muncul alasan "aku takut dimarahi orang tua. Aku sayang dengan orang tua." yaahh macam-macam alasan. Mereka yang terlampau berani, biasanya muncul alasan "Aku hanya mencoba, ini juga sembunyi-sembunyi. Aku hanya cari perhatian saja, apakah mereka perduli atau tidak." Yang pasti yang negatif memang tidak baik. Apapun alasannya untuk mencoba keburukan pasti pada akhirnya kerugian yang diterima. Dan jika mencoba kebaikan pasti pada akhirnya keuntungan yang diterima. Asik belajar, memperbanyak teman, mengikuti segala kegiatan dan pastinya kebebasan berekspresi bisa dirasakan di masa-masa ini.

Dewas. Mulai muncul kerumitan, segudang perasaan yang tidak tahu apa rasanya. Belajar untuk menjadi dewasa memang tidak mudah. Terkadang apa yang aku rasakan tidak seperti aku yang apa adanya. Terlalu banyak yang harus ditutupi. Mulai mencari keadilan atas apa yang terjadi. Entah siapa yang akan disalahkan. Tidak seperti ini yang aku inginkan waktu aku kecil. Membayangi kepolosanku ketika aku berharap waktu itu. Mencari kesalahan yang mungkin tanpa sadar aku lakukan. Jenuh dalam suatu hal dan serasa ingin kembali ke masa kecil. Masa-masa dimana hidup seperti tanpa beban, penuh keceriaan, bebas melakukan kesalahan tanpa disalahkan dan yaaa apapun itu. Kedewasaan memang tidak mudah di dapat. Hanya perlu kelapangan hati untuk melewatinya. Semuanya tidak seindah yang dibayangkan sewaktu kita kecil. 

Menyesakkan dada ketika kita tidak tahu apa yang harus dilakukan. Terkadang butuh pelukan dari seorang yang kita cintai, tangan halus untuk menghapus air mata yang jatuh, telinga yang siap mendengarkan segala keluh kesah dan mata yang teduh untuk menghapus segala kebingungan. Setiap orang pasti akan melewati masa-masa ini. Masa dimana kita tidak tahu apa yang harus dilakukan. Pada fase ini aku seperti orang bodoh, orang yang tidak pernah belajar apa pun. Tapi semuanya harus bisa dilewati, karena aku punya cita-cita yang dari kecil sudah aku angan-angan kan. "Aku ingin menjadi orang dewasa yang bahagia, yang ceria dan bisa melakukan apapun dengan kendali." Aku ingin seperti aku yang aku angan-angan kan dahulu. Menjadi penyemangat untuk siapapun. Menyelesaikan semuanya tanpa air mata lagi. Hadapi segalanya dengan senyuman. :)

Sometimes You Just Have to Let The Bridge Break, The Tears Flow and Start a New

Tidak ada komentar:

Posting Komentar