Jumat, 12 Juli 2013

STUCK!!!!!

Bulan Ramadhan tahun ini sepertinya bulan yang terberat yang aku lewatin dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Entah memang aku yang banyak salah atau memang mereka yang tidak suka. Merasa terhakimi, dan tersudut. Aku hanya ingin menampilkan diri aku apa adanya. Aku hanya ingin belajar untuk memperbanyak ilmu. Aku ingin bisa menyesuaikan dengan keadaan. Aaaahhh semuanya membuat aku tidak konsentrasi dengan pekerjaan maupun tugas-tugas training aku.

Menjadi seorang yang perasa memang susah. Lebih banyak diam dan memendam perasaan. Ketika perasaan ku sedang tidak baik, aku berusaha untuk merespon segala pertanyaan orang lain dengan senyuman. Aku berusaha untuk tidak membuat orang lain menjadi kesal dengan aku. Ketika orang mencaci aku, kadang aku lebih sering memendam semuanya. Tidak pernah sedikitpun aku menceritakan hal-hal yang mengesalkan ini terhadap orang lain. Kondisi ini memang sangat menyesakan. Seperti bom waktu yang suatu saat akan meledak dengan dahsyatnya.

Aku hanya ingin memiliki banyak teman. Aku mulai mengurangi sikap egois aku. Diam adalah salah satu caranya. Tapi sikap ini justru membuat aku terlihat dingin dengan orang lain. Aaaaahhh semuanya jadi serba salah. Mengalah, mengalah dan mengalah. Dari kecil aku terus mengalah. Selalu mencoba untuk mengerti dengan orang lain. Tapi kenapa orang lain ga pernah bisa mengerti aku. Berbuat baik salah, berbuat salah makin salah. Sepertinya tidak ada yang baik di diri aku saat ini.

Hari ini, bertambah rasa kecewa aku. Yang aku fikir baik ternyata tidak selamanya baik. Aku hanya ingin bertanya, tapi kenapa seperti itu jawabannya. Aku tidak tahu apa-apa dengan masalah dia, kenapa aku yang kena imbasnya. Sekarang aku putar balikan, ketika aku sedang ada masalah apakah aku pernah membentak orang lain untuk masalah yang mereka tidak tahu. Datang pagi, mencoba untuk ceria dan justru hal lain yang aku dapatkan. Hanya ingin lariiiii, larii jauuhhh. NYESEEEEKKKKK!!!!!!!!!!! 

Minggu, 07 Juli 2013

Life Cycle

Jadi lah sebuah "Pensil" agar kita bisa menuliskan kisah bahagia. Dan jadi lah sebuah "Penghapus" agar kita bisa menghapus segala kesedihan. -@MerryRiana

Mulai dari seorang bayi yang terlahir tanpa dosa sedikit pun. Ketenangan, kebahagiaan dan pancaran seorang malaikat yang ditampakan ketika orang dewasa melihat bayi tersebut. Apapun yang dirasakan, hanya bisa direspon dengan tangisan. Dan kemudian orang dewasa bisa memeluknya agar bayi tersebut mendapatkan ketenangan. Tertawa yang sebetulnya tidak mengerti apa yang ditertawakan. Kedamaian yang terpancar, membuat semua orang ingin memeluk. Harapan yang muncul dari orang tua ketika bayi tumbuh besar kelak. 

Masa anak-anak, dimana mulai mengerti mana yang baik dan mana yang tidak. Sudah bisa dimarahi ketika salah. Tapi masih dapat diampuni ketika masih saja melakukan kesalahan. Banyak sekali pertanyaan yang muncul, dan terkadang orang dewasa pun bingung untuk menjawab pertanyaan si kecil. Terucap dari seorang anak kecil "Sepertinya enak jika menjadi orang dewasa, mereka bisa melakukan apapun sendiri, mereka bebas mau kemana pun. Jika aku sudah dewasa nanti aku mau seperti mereka, berpakaian rapi, pergi ke kantor yang gedungnya tinggi-tinggi, yang wanita cantik yang pria tampan. Aku ingin seperti mereka." Mereka yang tidak tahu apa-apa, bebas bertanya, tidak pernah disalahkan dan tidak pernah salah. Pelukan, pengertian dan kasih yang tulus bisa mereka dapatkan dimanapun.

Masa remaja yang merupakan masa transisi antara anak-anak dan dewasa. Mereka banyak mencoba banyak hal. Mencari jati diri, dan mulai banyak berangan-angan akan seperti apa mereka kelak. Pengaruh dari sana dan sini pun berdatangan. Tidak sedikit mereka mencoba hal-hal negatif. Ada juga yang mencari aman dari segala tantangan. Mereka yang tidak berani mencoba, terkadang muncul alasan "aku takut dimarahi orang tua. Aku sayang dengan orang tua." yaahh macam-macam alasan. Mereka yang terlampau berani, biasanya muncul alasan "Aku hanya mencoba, ini juga sembunyi-sembunyi. Aku hanya cari perhatian saja, apakah mereka perduli atau tidak." Yang pasti yang negatif memang tidak baik. Apapun alasannya untuk mencoba keburukan pasti pada akhirnya kerugian yang diterima. Dan jika mencoba kebaikan pasti pada akhirnya keuntungan yang diterima. Asik belajar, memperbanyak teman, mengikuti segala kegiatan dan pastinya kebebasan berekspresi bisa dirasakan di masa-masa ini.

Dewas. Mulai muncul kerumitan, segudang perasaan yang tidak tahu apa rasanya. Belajar untuk menjadi dewasa memang tidak mudah. Terkadang apa yang aku rasakan tidak seperti aku yang apa adanya. Terlalu banyak yang harus ditutupi. Mulai mencari keadilan atas apa yang terjadi. Entah siapa yang akan disalahkan. Tidak seperti ini yang aku inginkan waktu aku kecil. Membayangi kepolosanku ketika aku berharap waktu itu. Mencari kesalahan yang mungkin tanpa sadar aku lakukan. Jenuh dalam suatu hal dan serasa ingin kembali ke masa kecil. Masa-masa dimana hidup seperti tanpa beban, penuh keceriaan, bebas melakukan kesalahan tanpa disalahkan dan yaaa apapun itu. Kedewasaan memang tidak mudah di dapat. Hanya perlu kelapangan hati untuk melewatinya. Semuanya tidak seindah yang dibayangkan sewaktu kita kecil. 

Menyesakkan dada ketika kita tidak tahu apa yang harus dilakukan. Terkadang butuh pelukan dari seorang yang kita cintai, tangan halus untuk menghapus air mata yang jatuh, telinga yang siap mendengarkan segala keluh kesah dan mata yang teduh untuk menghapus segala kebingungan. Setiap orang pasti akan melewati masa-masa ini. Masa dimana kita tidak tahu apa yang harus dilakukan. Pada fase ini aku seperti orang bodoh, orang yang tidak pernah belajar apa pun. Tapi semuanya harus bisa dilewati, karena aku punya cita-cita yang dari kecil sudah aku angan-angan kan. "Aku ingin menjadi orang dewasa yang bahagia, yang ceria dan bisa melakukan apapun dengan kendali." Aku ingin seperti aku yang aku angan-angan kan dahulu. Menjadi penyemangat untuk siapapun. Menyelesaikan semuanya tanpa air mata lagi. Hadapi segalanya dengan senyuman. :)

Sometimes You Just Have to Let The Bridge Break, The Tears Flow and Start a New

Selasa, 02 Juli 2013

What You Do is What You Get

"Tidak ingin dicaci tapi mencaci. Tidak ingin disakiti tapi menyakiti." -@nuramanah

Sejak kita masih menjadi sebuah sperma, kita sudah bersaing dengan sperma-sperma lainnya untuk masuk ke dalam ovarium seorang ibu. Kita yang sekarang sudah menjadi seorang manusia adalah pemenang dari persaingan  awal. Kenapa kita berada seperti saat ini adalah karena kita bagian dari yang terpilih. Dan seharusnya pun kita bisa meyakini kemenangan kita ketika sedang melakukan apapun.

Agak aneh ketika ada orang yang tidak menyukai kita hanya karena kita lebih unggul daripada dia. Pada dasarnya manusia itu sama, porsi dalam otaknya, porsi dalam kekuatan tubuhnya dan porsi apapun yang ada dalam tubuh kita adalah sama dengan orang lain pada umumnya. Lalu apa yang membedakan, sehingga ada orang yang hebat dan ada orang yang terbelakang. Hal ini hanya perkara seberapa besar ia memanfaatkan segala porsi yang ada hingga maksimal. 

Ilmu tidak untuk disimpan, pun tidak untuk dijadikan alat bersaing. Bersaing dengan sehat dan tidak menggunakan otot akan dirasa sangat menyenangkan. Tidak perlu takut dengan kegagalan, karena dari situ lah kita bisa mempelajari segalanya dengan lebih. Saya pun pernah gagal, tapi saya terus memperbaiki diri agar kegagalan itu bisa tergantikan dengan suatu prestasi.

Kemampuan berlisan pun tentu perlu dilatih. Ada seseorang yang mampu berlisan dengan baik tanpa menyakiti. Ada pula yang berlisan tanpa henti dan tidak tahu yang mana yang harus disuarakan dan mana yang tidak. Berlisan perlu menggunakan pemikiran agar yang disuarakan terdengar tidak menyakitkan. Dengan berlisan terkadang mampu menjatuhkan para pesaing-pesaing kita. Pada intinya adalah berlisanlah dengan sebaik-baiknya.

Ketika kita ingin dihormati, maka hormatilah orang lain. Ketika kita tidak ingin disakiti, maka jangan coba-coba menyakiti orang lain. Ketika kita tidak ingin dibicarakan oleh orang lain, maka diamlah dan berbicara seperlunya. Jangan menganggap orang lain selalu buruk, pun jangan selalu berprasangka buruk dengan orang lain. Karena kamu tidak tahu sesungguhnya mereka. 

"Menyesuaikan sambil mempelajari prosesnya. Bukan menyesuaikan dengan melihat hasil akhir dr prosesnya. :)" -@nuramanah

Di dunia ini tidak ada pemenang yang instan. Semuanya butuh proses. Pun ketika kita menjadi pemimpin, maka jadilah pemimpin yang baik yang bisa dipertanggungjawabkan. Pemimpin itu berbeda dengan bos. Pemimpin tidak menyuruh tanpa melihat proses. Pemimpin tidak hanya melihat hasil akhir dari peroses. Tapi seorang pemimpin yang baik adalah seseorang yang tahu proses dari awal hingga akhir dan menjadikan suatu hasil akhir yang baik yang kemudian bisa dipertanggungjawabkan.

Dalam kehidupan terkadang kita melupakan proses. Tanpa proses membuat orang menjadi malas. Suatu hal yang diraih dengan instan, akan hancur secara instan. Berbeda hal ketika kita melakukan sesuatu dengan proses, tentu kita bisa mempertahankannya, dengan proses itu lah kita sudah memikirkan jalan keluar dari resiko yang mungkin muncul dari proses tersebut. Seorang yang terbiasa instan akan menyepelekan segala hal, dan ia akan terlihat sok tahu padahal tidak tahu apa-apa. Tidak sedikit saya temukan, dan saya pun tidak tahu saya termasuk orang yang bagaimana. heee...

"Tegaslah terhadap dirimu sendiri jika memang itu yang dibutuhkan saat ini. :)" -@nuramanah

Tuhan menciptakan apapun pasti sudah ada paketannya. Contohnya saja ketika Tuhan menciptakan suatu masalah, pun satu paket dengan solusinya. Apapun itu jika difikirkan secara positif tidak akan menjadi beban dalam diri kita. Semuanya harus dilakukan perlahan-lahan, perlu pemikiran yang jernih, perlu hati yang tenang. Semuanya tidak serta merta selalu baik, dengan begitu perlahan-lahan solusi akan muncul menghampiri.

Beragam sifat dan beragam sikap dari setiap orang. Ketika kita menginginkan suatu kebaikan dari orang lain, tentu kebaikan terhadap orang lain pun kita berikan. Jangan menghakimi ketika tidak ingin dihakimi. Jangan merendah jika memang kamu tidak patut untuk direndahkan. Terkadang ada beberapa sikap dari orang lain yang tidak bisa kita terima. Kalau memang sudah tidak pantas maka sampaikan lah. Jangan kalah dengan keadaan, siapapun mereka adalah sama dengan kita. Namun, perlu penyampaian yang hati-hati agar pesan yang ingin kita sampaikan bisa tersampaikan.

Jangan biarkan seseorang bersikap semaunya terhadap kamu. Dalam diri kamu memiliki hak untuk menang, tentu menang dalam hal apapun secara sehat. Pun dengan diri kita sendiri yang terkadang tidak mempu memutuskan suatu hal. Tegas dirasa perlu sehingga terlihat memiliki pendirian, tegas dalam porsinya dan tidak berlebihan yang terkesan seperti marah.

"Yang berani memulai yang menang." -@nuramanah