Sabtu, 15 Juni 2013

How can we make our life?

Berawal dari sebuah keisengan semata. Menulis awalnya bukan hobi saya. Entah kenapa dengan menulis saya menemukan cara bagaimana saya harus meredam emosi saya.

Sebelumnya saya adalah seorang yang sangat sulit untuk tidak emosional. Terlalu perasa dan memiliki egois yang tinggi. Saya fikir itu adalah hal negatif yang harus saya rubah. Mencoba berbagai hal, mulai dari curhat ke teman sampai saya menulis blog ini.

Ketika kita mencurahkan seluruh perasaan kita terhadap seorang teman, menurut saya itu sangat tidak efektif, bisa saja seorang teman itu tidak bisa menjaga rahasia kita. Pada akhirnya, saya mencoba hal lain. Salah satunya dengan blog ini. Di sini saya bisa menulis, mulai dari pengalaman saya sendiri atau pengalaman orang lain. Banyak hal yang bisa saya rasakan, terkadang saya bisa menemukan suatu solusi dari masalah-masalah saya. Tapi tidak sepenuhnya yang saya tuliskan di sini adalah cerita kehidupan saya. Saya juga menuliskan berbagai pengalaman dari apa yang saya lihat, saya dengar dan pada akhirnya saya bisa mempelajarinya.

***

Beberapa hari ini saya sering melihat bagaimana fenomena kehidupan berkeluarga. Seseorang teman yang akan merencanakan suatu pernikahan berfikir, "yakin kah saya dengan pasangan saya saat ini. Benarkah ia yang akan menjadi jodoh saya. Sanggup kah saya untuk bertanggung jawab." Kemudian ada pula yang mengatakan,"Saya merasa tidak sebebas dengan keluarga saya ketika saya bersama keluarga pasangan saya." Yah kurang lebihnya adalah seperti itu. 

Masalah kepercayaan kita terhadap jodoh kita, Tuhan Maha Mengetahui. Apa yang sedang kita jalankan sekarang haruslah bisa kita syukuri. Ketika kita merasa tidak yakin dengan apa yang kita jalankan, jangan mencoba mengeluh karena menurut saya mengeluh hanya membuat perasaan kita menjadi semakin tidak yakin. Bersyukur dan tetap Yakin adalah kuncinya. Yakin bahwa apa yang kita pilih adalah memang Tuhan sudah merencakan semuanya.

Kebebasan kita terhadap keluarga kita memang terasa lebih nyaman dibandingkan dengan keluarga yang baru kita kenal, sekalipun itu adalah keluarga pasangan kita. Karena, keluarga kita bisa memahami kita tanpa harus berdiskusi dengannya. Mereka mengenal kita dari baru dilahirkan, mengetahui perkembangan kita, mengetahui perubahan sikap kita, mengetahui baik buruknya tentang kita. Tentu mereka akan lebih memahami. Lain hal dengan keluarga pasangan kita. Mereka awalnya adalah orang lain yang tidak pernah mengenal kita. Kemudian tiba-tiba kita masuk menjadi bagian dari mereka. Butuh usaha yang lebih untuk bisa memahami satu sama lain. Menjelaskanlah tentang diri kamu sebagaimana mestinya, rubahlah pola kehidupan yang mungkin tidak bisa diterima oleh mereka. Sebagai orang baru tentu harus membuang segala keegoisan kita. Dimanapun kita berada tampilkan diri kita sebaik mungkin. Senangkanlah hati mereka.

Seorang ibu muda yang mampu mengatasi segala urusan rumah tangganya. Ia pun tetap bekerja, sang suami dengan sigapnya melakukan tanggung jawab. Kemudian ada juga seorang ibu yang sudah bertahun-tahun bekerja dan mengurus rumah tangganya tanpa bantuan seorang asisten. Menurut saya banyak pelajaran dari mereka yang bisa kita ambil sebagai wanita yang akan mengalami hal-hal tersebut. Bagaimana kita kelak, maka pilihlah dari apa yang sudah kita pelajari dari contoh-contoh yang sudah ada. Rubahlah contoh yang mungkin tidak bisa kita lakukan, rubah lah contoh menjadi lebih baik.

Yang ditakutkan oleh wanita muda terlebih lagi wanita independen adalah ia tetap ingin bekerja tapi ia tidak yakin dalam melayani sebagaimana seharusnya. Takut akan kebebasan yang ia miliki akan hilang. Menurut saya itu adalah hal yang tidak perlu ditakutkan. Manajemen waktu adalah kuncinya. Bagaimana kita mengatur hidup kita selagi masih sendiri akan terpola bagaimana kita akan mengatur kehidupan kita kelak. Saya ingin menjadi seorang istri, seorang ibu dan seorang wanita karir. Namun hal itu tentu harus didiskusikan kembali dengan pasangan kita. Yang pada intinya adalah kita harus bisa meredam segala ego kita. Jangan sampai pasangan kita lebih ahli dalam hal rumah tangga. Dan hal itu banyak sekali saya temui.

***

Perubahan dalam hidup itu memang tidak pernah bisa kita hindari. Pertemuan dengan orang baru, perpisahan dengan orang lama. Ingatan dengan orang lama dan membuat ingatan baru dengan orang baru. Yah itu lah hidup. Ketika ada pertemuan maka pasti akan ada perpisahan yang tentunya akan menimbulkan suatu pertemuan kembali.

Ketika kita sudah merasa nyaman pada suatu posisi, jangan harap kita bisa berkembang di dalamnya. Mecoba tantangan baru dan harus menerima segala resikonya. 

Hal ini mengingatkan saya tehadap kisah hidup dari seorang teman. Bagaiman ia bisa keluar dari zona nyaman dan harus menerima segala resikonya saat ini. Ketika saya bertanya "Kamu menyesal sudah mengambil keputusan ini?" Lalu ia menjawab "Tidak ada yang perlu disesali, ini bagian dari jalan hidup, setiap orang pasti akan melewati titik jenuh, dan ketika saya ambil keputusan inipun saya sudah tau apa saja resiko yang akan saya terima, dan saya pun sudah merancang bagaimana saya akan menghadapi resiko tersebut." Menurut saya adalah pemikiran yang sangat bijak. Walaupun sebenarnya saya tahu, bahwa ia tidak mungkin bisa setenang saat ia berada di zona nyaman. Saya tahu, bahwa dia pun sebenarnya belum pasti dengan rencana-rencana yang ia rancang. Keputusan yang sulit namun akan melahirkan jiwa yang besar. Saya sebagai seorang teman hanya bisa membantu mendengarkan segala cerita dia, memberikan solusi sebisa saya. 

***

_Amanah_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar